Kini hujan mulai reda. Meninggalkan rintik-rintik air yang jatuh membentuk lingkaran-lingkaran bergelombang digenangan. Teduh sebentar lagi menyapa, sebentar lagi. Dan aku tidak akan tau kapan lagi bisa bertemu dengan hujan. Saat hujan, aku melihat dan mendengarkan. Banyak hal-hal baru yang aku pelajari. Saat hujan, aku bertemu dengan hujanku. Dia membuatku belajar menerima dan bersabar. Seperti menunggu datangnya teduh, begitulah aku menunggu hujanku. Sekarang hujanku akan berhenti bersama hujan, dan aku akan menjadi teduh lagi. Hanya aku. Seperti teduh. Tapi bukankah setiap teduh yang ditinggalkan oleh hujan akan bertemu dengan sang pelangi? Tapi apakah pelangi selalu menghampiri teduh? Ataukah teduh akan selalu menunggu kembali hujannya datang? Kemudian menunggu dan menunggu sampai hujan itu pergi lagi dan meninggalkan teduh? Teduh tidak pernah mengharapkan adanya hujan. Tidak semua orang menyukai hujan. Tapi saat teduh menemukan hujan, saat itulah aku dapat melihat keindahan dibalik hujan, dan tentu saja, bahkan teduh pun melupakan teduh. Aku pun melupakan teduh.
Aku tidak tau kapan rintik-rintik ini akan benar-benar berakhir, dan apakah aku akan berharap melihat pelangi. Yang aku tau hanyalah aku tidak ingin ditinggalkan hujan. Itu saja. Hujan tidak pernah bersama teduh! Ya aku juga tau itu. Tapi aku bisa jadi mendung mungkin, ataukah kilat dan petir. Apa saja asalkan aku bisa terus bersama hujan, hujanku. Saat hujanku benar-benar pergi, aku tidak yakin apakah aku akan mengharapkan datangnya pelangi ataupun menginginkan pelangi. Pelangi dan hujan. Berbeda. Ya. Keduanya memiliki keindahan, tapi tidak. Teduh selalu mendambakan hujan, walaupun takdir kita tidak pernah disatukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar