Cinta.
Itukah satu-satunya yang kita butuhkan didunia ini? Apakah hanya dengan
mendapatkan cinta kita bisa bahagia? Apakah akan begitu sengsara saat seseorang
hanya bisa mencintai tanpa sebaliknya? Apakah cinta benar-benar tentang member dan
menerima? Apa hakikat cinta yang sebenarnya? Adakah teori tentang cinta yang
benar-benar bisa kita terima dengan kedua akal dan perasaan?
Saya wanita
berusia 20 tahun. Saat ini saya menjalani sebuah, yah, tidak bisa saya bilang
sebuah hubungan namun kami menjalani ‘sesuatu’ yang biasa dialami oleh orang
yang mengklaim diri mereka berpacaran. Pria ini sebut saja X. saya dan dekat sejak akhir 2012. Hingga saat ini kami
masih berhubungan. Untuk informasi, tidak ada hubungan apapun antara saya dan
X. apapun. Tidak ikatan, tidak perjanjian, tidak komitmen. Tidak apapun. Namun sama
mencintai X. ntahlah, setidaknya saya ingin menggunakan kata itu untuk saat
ini. X bukan pria yang biasa menunjukkan bagaimana perasaannya kepada orang
lain, apalagi tentang saya. Selama hampir 2 tahun ini, hanya orang-orang
terdekat saya yang tahu antara saya dan X. hanya sahabat-sahabat saya yang tahu
apa saja yang terjadi antara saya dan X. semua itu berlangsung begitu saja. Saya
menjad seseorang yang beda, setidaknya begitulah pengakuan dari sahabat saya. Saya
bisa lebih bersabar dan menerima apa saja yang diberikan kepada saya, mungkin
bisa dibilang apa yang saya bisa dapat. X tipe orang yang sangat tertutup,
independen, dank eras. Percayalah semua yang saya tulis ini benar-benar tentang
apa yang saya alami dan saya rasakan. Tidak ada keuntungan apapun untuk
memanipulasi hal-hal diatas.
Beberapa
waktu lalu, saat saya merasa sudah saatnya saya menyerah dengan kondisi seperti
ini, muncullah seorang pria lainnya. Saya akan sebut dia Y. Y datang dengan semua
hal yang saya ingin dapatkan dari seorang pria, yah yang mengaku menyayangi
saya. Disini saya sadar kalau saya benar-benar menjadi seseorang yang berbeda. Dulu,
siapapun orang yang bisa memberikan apapun yang saya butuhkan, yang tidak saya
dapatkan dari seseorang yang saya inginkan, saya akan begitu mudah move on, ya itu kalimat remaja kini. Tapi
tidak dengan yang saya alami saat ini. Saya dan Y bisa sempat berpacaran selama—kurang
lebih—3 hari, dan saya memutuskan untuk menghentikannya sebelum terlambat. Saya
mengaku bahwa saya masih merasakan sesuatu yang biasa terhadap Y, tidak seperti
yang saya rasakan pada X. 3 hari masa percobaan itu, hanya rasa bersalah yang
saya rasakan. Apapun yang Y lakukan pada saya, apapun yang Y berikan, dan
apapun yang saya dapatkan dari Y, semua itu tidak secuilpun menggeser apa yang
saya rasakan pada X. Saat ini saya benar-benar merasa tidak mengenal siapa
saya. Apa saya benar-benar jatuh cinta? Tapi bagaimana?
Sekarang
saya tahu mengapa tidak pernah ada alas an untuk seseorang jatuh cinta. Ketahuilah,
saat seseorang berkata dia jatuh cinta dan memberikan alas an setelahnya, dia
tidak benar-benar merasakan cinta. Dia hanya berpikir kalau dia jatuh cinta. Ingatlah
bahwa cinta itu bukan sesuatu yang dipikirkan, namun dirasakan. Memang sulit
dan kita harus benar-benar teliti untuk menerka cinta. Saya tidak akan
mengangkat teori apapun tentang cinta ataupun membahas cinta. Maslow dan Sternberg
boleh saja berkoar banyak tentang cinta menurut mereka, tapi disini saya
berteriak semua hal tentang cinta menurut fakta yang saya alami. Setiap orang
berhak mengklaim teori mereka sendiri. Percayalah. Tidak ada teori yang
benar-benar bisa mendeskripsikan cinta secara universal. Karena cinta itu hanya
bisa dirasakan.
Sekarang
kembali ke paragraph awal.
“Cinta.
Itukah satu-satunya yang kita butuhkan didunia ini? Apakah hanya dengan
mendapatkan cinta kita bisa bahagia? Apakah akan begitu sengsara saat seseorang
hanya bisa mencintai tanpa sebaliknya? Apakah cinta benar-benar tentang memberi
dan menerima? Apa hakikat cinta yang sebenarnya? Adakah teori tentang cinta
yang benar-benar bisa kita terima dengan kedua akal dan perasaan?”
Apakah
cinta satu-satunya yang dibutuhkan? Tidak. Apakah hanya dengan mendapatkan
cinta bisa bahagia? Tidak. Apakah akan sengsara apabila hanya mencinta? Tidak. Apakah
cinta tentang memberi dan menerima semata? Tidak. Adakah teori cinta yang
benar-benar bisa diterima akal dan perasaan? Tidak. Apa hakikat cinta
sebenarnya? Tidak ada. Yah, memang setidak jelas itu apabila kita membicarakan
tentang cinta dan cinta. Apakah ibu memiliki alas an untuk mencintai kita? Karena
kita anaknya? Karena kita darah dagingnya? Karena kita dari rahimnya? Karena kita
titipan Tuhan? Tidak. Beliau mencintai kita karena beliau ingin mencintai kita.
Tanpa alasan apapun. Alasan hanyalah sesuatu yang bertugas membawa semua pergi
bersamanya. Saat tidak ada alasan, kita tidak tau apa yang pernah kita rasakan,
lakukan, dan berikan. Cinta tidak memilih dan dipilih. Cinta tidak menilai dan
dinilai. Cinta tidak menerima dan diterima. Tapi cinta adalah cinta. Cinta itu
tentang cinta. Cinta hanyalah cinta, tidak bersama apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar