visiting

Rabu, 25 Maret 2015

Bukan Manusia

Apapun yang saat ini sedang aku pikirkan setidaknya sudah lebih baik daripada apa yang masih aku rasakan. Pukulan semalam hingga dini hari masih menyisakan banyak tanya di benakku. Apapun yang saat ini ingin aku katakan masih lebih terbaca daripada apa yang tidak sanggup aku dengarkan. Cerita semalam membuatku merasa sebagai wanita yang cukup jahat. Pertanyaannya adalah apa yang akan aku lakukan setelah ini? Pengakuan dosa sudah terjadi. Ada seorang wanita yang terluka hatinya di luar sana. Dan masih ada seorang lelaki yang terus membungkam mulutnya. Cerita ini salah dari awalnya. Tidak seharusnya kedua tokoh saling dipertemukan dan dikondisikan dalam sebuah kenyamanan. Semakin mereka merasa aman satu sama lain, semakin wanita itu merasa sesak di dadanya. Entah sampai kapan lelaki itu akan terus bungkam dan menutup rapat bibirnya. Kebenaran sudah mulai menampakkan diri. Tidak bisakah ia sekedar memberikan sisa sakitnya kepada wanita itu untuk membuat mereka bisa melanjutkan hubungan kembali? Tidak, bukan dengan pemeran utama, tapi dengan wanita yang tersiksa batinnya. Cerita ini tidak seharusnya pula memiliki sebuah akhir. Apapun yang saat ini sedang terjadi, sudah seharusnya memang tidak ada cerita yang terjadi. Pilihan yang diambil sudah jelas itu benar-benar keinginannya. Apakah aku akan memilih? Aku dan lelaki itu sudah tidak pantas memilih. Terlalu banyak hidup orang tidak bersalah yang sudah kita renggut perasaannya. Aku dan lelaki itu sudah tidak pantas mengaku-ngaku telah jujur dan melakukan kesalahan. Terlalu banyak dosa-dosa yang menyakiti hati orang lain. Wanita itu tidak pernah bersalah kepadaku. Bagaimana bisa seorang manusia yang memiliki nurani melakukan hal menakutkan seperti aku ini? Kecuali aku bukan manusia. Lelaki itu juga jelas bukan manusia. Tidak ada manusia yang menyakiti manusia lainnya untuk memenuhi kepuasan nafsunya belaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar